28
Aug
23

MitraJoang45 : Stockholm Syndrome [Retno T Soekonjono, 28Aug23]

STOCKHOLM SYNDROME…

Merdeka !

🇮🇩
🇮🇩
🇮🇩
🇮🇩
🇮🇩

Masih ingat pilot Susi Air Philip Mark Merthens  yang disandera kelompok separatis (KKB/KST) sejak 7 Februari 2023 sesaat setelah mendaratkan pesawatnya di Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan?

Upaya pembebasan pilot berkebangsaan Selandia Baru tersebut bukan pekerjaan mudah, dan membutuhkan waktu. Namun, yang terpenting ialah komunikasi dua negara terus dijalin.

Sempat berembus kabar bahwa Merhtens disebut dalam kondisi baik dan tidak stres.
“Ya alhamdulillah sesuai informasi sehat,” kata Panglima TNI saat ditemui di Balai Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat (21/7/2023).

Dalam kajian ilmu Psikologi dikenal adanya istilah Stockholm Syndrome (SS) yaitu suatu bentuk gangguan psikologis yang umumnya dialami oleh korban penculikan yang mengembangkan perasaan positif terhadap si penculik.

Apakah  Merthens kemungkinan bisa mengalami gangguan psikologis Stockholm Syndrome, setelah berhasil dibebaskan ?

Stockholm Syndrome bisa terjadi pada siapa saja, bahkan kepada korban penculikan/kekerasan itu sendiri.
Dalam beberapa kasus, korban membentuk ikatan dengan penculiknya dan bahkan mungkin bersimpati terhadap mereka, kebalikan dari perasaan takut, teror, dan penghinaan, yang mungkin terjadi dalam situasi ini.

Asal usul istilah Stockholm Syndrome muncul setelah terjadinya perampokan  di Stockholm, Swedia, pada tahun 1973.

Empat sandera disandera di bank sementara penculiknya berhadapan dengan polisi selama enam hari. Setelah dibebaskan, pihak berwenang menemukan bahwa para sandera telah mengembangkan ikatan emosional yang kuat terhadap penculiknya dan bahkan menolak untuk berpisah dari mereka.

Para sandera melaporkan bahwa penculiknya memperlakukan mereka dengan baik dan tidak menyakiti mereka. Mereka membela para penculiknya dan menolak memberikan kesaksian yang memberatkan mereka di pengadilan.

Setelah itu, kriminolog dan psikiater Nils Bejerot yang menyelidiki peristiwa tersebut menamakan fenomena tersebut sebagai Stockholm Syndrome.

Tidak sepenuhnya jelas mengapa beberapa orang bisa terkena  Stockholm Syndrome.
Hal ini dianggap sebagai mekanisme bertahan hidup di mana seseorang dapat menjalin ikatan dengan penculiknya sebagai metode untuk mengatasi situasi ekstrem dan menakutkan yang mereka alami.

Kemungkinan Stockholm Syndrome bisa terjadi pada penderita karena :

• Berada dalam situasi yang penuh emosi untuk jangka waktu yang lama.

• Berada di tempat yang sama  dengan penculiknya, dengan kondisi tempat yang buruk, misalnya kekurangan makanan atau merasa tidak nyaman secara fisik.

• Sandera bergantung pada penculiknya untuk kebutuhan dasar mereka, seperti akses terhadap makanan dan air.

• Sandera tidak diperlakukan dengan buruk oleh penculiknya.

• Situasi ini berlangsung selama beberapa hari atau lebih.

• Sandera mulai mengalami ketergantungan pada penculiknya untuk bertahan dalam situasi yang penuh emosi.

Terdapat bukti bahwa orang-orang yang berada dalam situasi traumatis bersama-sama cenderung membentuk ikatan yang kuat satu sama lain.
Karakteristik manusia sangat kompleks, dan mungkin saja, seiring berjalannya waktu, mereka yang diculik mulai melihat sifat-sifat baik dari para penculiknya.

Jadi, meskipun mereka masih percaya bahwa penculiknya perlu dihukum, ada kemungkinan orang yang diculik merasa simpati kepada penculiknya atau berduka ketika mereka meninggal.

Terapi merupakan pengobatan yang berguna untuk pemulihan penderita Stockholm Syndrome. Hal ini dapat mencakup penggunaan psikoterapi untuk mengatasi gejala spesifik yang mungkin muncul setelah peristiwa traumatis, seperti mimpi buruk dll.

Terapi dapat membantu mengajarkan individu cara-cara yang sehat untuk mengatasi trauma mereka, dan membantu mereka memproses perasaan mereka.

Terapi juga dapat membantu orang tersebut mengenali emosi positif yang dapat membantunya memahami bahwa apa yang terjadi pada dirinya bukanlah kesalahannya.

“Ketika seseorang tidak diberi hak untuk menjalani kehidupan yang dia yakini, dia tidak punya pilihan selain menjadi penjahat”.
Nelson Mandela

Retno Triani Soekonjono
Psikolog


Dikirim dari iPhone saya


0 Responses to “MitraJoang45 : Stockholm Syndrome [Retno T Soekonjono, 28Aug23]”



  1. Leave a Comment

Leave a comment


Blog Stats

  • 4,410,362 hits

Archives

Recent Comments

Ratu Adil - 666 on Kenegarawanan : Harta Amanah B…
Ratu Adil - 666 on Kepemimpinan : Satrio Piningit…
Ratu Adil - 666 on Kepemimpinan : Satrio Piningit…
Ratu Adil - 666 on Kenegarawanan : Harta Amanah B…
Ratu Adil - 666 on Kenegarawanan : Harta Amanah B…