Kamis, 28/10/2010 | 19:58 WIB
Jakarta – Ada yang unik dalam aksi demo memeringati 82 tahun Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2010, demonstrasi menyembelih kambing bernama SeBeYe. Bahkan berusaha menyantet Presiden SBY. Sejak pagi tadi, puluhan aktivis yang menamakan dirinya Pemuda Cinta Tanah Air (PECAT) sudah berkumpul di Tugu Proklamasi dengan rencana akan menyembelih kambing bernama SeBeYe.
Menurut Koordinator PECAT Yosef Rizal, tindakannya itu dipicu karena ketidakpuasannya pada pemerintahan SBY-Boediono. Yosef bahkan mengait-ngaitkan maraknya bencana yang terjadi akhir-akhir ini dengan kepemimpinan SBY.
“Berbagai bencana diyakini disebabkan karna ketidakseimbangan dunia makro dan mikrokosmos. Disharmoni tersebut karena perilaku pemimpin yang menentang. Maka bebagai bencana sosial dan alam yang menima bangsa Indonesia selama SBY berkuasa mengindikasikan bahwa SBY telah banyak menyimpang dan mengkhianati rakyat,” kata Yosef Rizal sat berorasi.
Awalnya kambing jantan yang punggungnya ditulisi dengan nama SeBeYe dibiarkan merumput di taman dekat gerbang Tugu Proklamasi. Tindakan mencolok itu kemudian direspon secara cepat oleh polisi yang berjaga di situ.
Polisi pun memeritahkan agar kambing itu dibawa masuk ke dalam taman Tugu Proklamasi. Namun massa PECAT tidak terima permintaan polisi itu. Akibatnya saat berorasi sempat terjadi dorong-dorongan antara massa dengan polisi.
Sebelum rencana penyembelihan itu terlaksana, akhirnya polisi segera mengamankan kambing itu. Polisi membawa paksa kambing dengan menggunakan mobil patroli.
Akhirnya, batal menyembelih kambing, para aktivis itu kemudian berorasi sambil membakar kemenyan. Menurut mereka ritual pembakaran kemenyan dan sesajen itu ditujukan untuk menyantet SBY. ” Para dukun sepakat menyantet dan menolak SBY,” jelas Adi Bunardi, aktivis PECAT yang lain.
Sambil berorasi, mereka juga pembakaran bendera partai Golkar dan Demokrat, serta memasang beberapa spanduk yang menyudutkan SBY. Hadir juga dalam aksi ini politisi Sri Bintang Pamungkas.
Menyembelih Kambing ‘SeBeYe’
Unjuk rasa memprotes kinerja pemerintah oleh massa yang menamakan dirinya Pemuda Cinta Tanah Air (Pecat) beralih ke sekitar Istana Merdeka, Kamis (28/10/2010). Kali ini mereka berencana momotong kambing putih yang mereka beri nama “SebeYe“.
Sebelumnya, saat berunjuk rasa di Taman Proklamator, kambing tersebut disita polisi saat hendak disembelih. “Sekarang kata polisi kambingnya ada di Istana. Kita akan ke sana dan langsung disembelih di Istana,” ujar koordinator Pecat, Yosep Rizal. Menurut Josep, ‘SeBeYe‘ rencananya akan dipotong dan diberikan ke rakyat miskin.
Sempat terjadi aksi tarik-menarik dan berujung pada adu mulut antara pihak kepolisian dengan Josep maupun anggota Pecat yang lainnya. Hingga kemudian, pihak keamanan berhasil mengamankan ‘SeBeYe‘ ke sebuah mobil yang diduga kuat milik polisi. “Ternyata bukan hanya aktivis yang ditangkap, tapi kambing pun ikut ditangkap,” ujar Adi Bunardi, Presidium Pecat.
Sekelompak massa yang menamai diri Pemuda Cinta Tahan Air tersebut menggelar upacara ruwatan dengan membakar kemenyan dan bunga tujuh rupa di depan Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Kamis (28/10/10). Upacara ini dimaksudkan untuk menolak segala bencana yang terjadi di Indonesia selama ini. Yosep Rizal, koordinator aksi, mengatakan, ruwatan ini ditujukan untuk menolak bala atas kepemimpinan SBY.
“SBY adalah bala. Bencana dimana-mana di negeri ini disebabkan SBY. Oleh karenanya kita ruwat di sini. Sebagai bala, sudah sepantasnya SBY kita enyahkan,” ujar Yosep yang sebelumnya juga pernah berdemo dengan membawa kerbau bertuliskan ‘Si BuYa‘.
Awalnya, dalam aksi ruwatan ini mereka akan menyembelih kambing yang bertuliskan SBY. Namun, hal itu urung dilakukan karena kambing yang mereka bawa ditahan pihak Polsek Menteng. Sempat terjadi keributan sebelum aksi. Pasalnya, aksi ini tidak mendapat izin dari pihak kepolisian.
Protes Penembakan Mahasiswa
Ratusan mahasiswa menggelar aksi pemblokiran di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Kamis (28/10/2010), bertepatan dengan HUT ke-82 Sumpah Pemuda. Mereka membentuk barisan, membakar ban bekas, dan membawa spanduk yang berisikan protes terhadap aksi penembakan mahasiswa oleh polisi. “Mengecam tindakan represif dan arogansi polisi tehadap mahasiswa,” demikian yang tertulis di spanduk mereka.
Selain itu, kelompok mahasiswa dari sejumlah universitas Jabodetabek itu membagikan sekuntum mawar putih kepada pengguna Jalan Diponegoro. “Mawar putih sebagai bentuk duka kami terhadap teman kami yang tertembak,” kata seorang pengunjuk rasa.
Akibat aksi pembakaran ban tersebut, arus lalu lintas Jalan Diponegoro terhambat. Sejumlah petugas kepolisian tampak mengatur arus lalu lintas dan mengamankan aksi tersebut. Asap pembakaran ban tampak menghitam dan menimbulkan bau yang menyesakkan pernapasan. “Kami pemuda-pemudi, Indonesia. Lengan bajumu singsingkan, untuk negara,” seru mereka.
Ketika ditanya mengapa mereka tidak menggelar aksi simpatik atas bencana alam yang terjadi di Mentawai dan Yogyakarta , juru bicara aksi, Alan, menjawab, “Nanti, kami belum terkonsentrasi itu. Kami masih fokus sama isu setahun SBY dan penembakan.”
Sementara itu kelompok aktivis pemuda dan mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Oposisi Nasional menilai SBY-Boediono telah gagal, sehingga dalam aksi 82 tahun Sumpah Pemuda menyerukan empat tuntutan, yakni (1) Usir Penjajahan Asing, (2) Turunkan Harga, (3) Tangkap dan Sita Harta Koruptor, (4) Tegakkan Demokrasi.
Aksi unjuk rasa di Jakarta dilakukan LSM Bendera, Repdem, Kelompok Mahasiswa UBK, Gerakan Mahasiswa Jakarta, Komunitas /Pemuda Indonesia , dan BEM seluruh Nusantara, turun ke jalan dan melakujkan demo di beberapa tempat strategis. Lokasi unjuk rasa, antara lain Gedung Wakil Rakyat DPR/MPR, Bundaran Hotel Indonesia, Tugu Proklamtor, dan Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dimulai Kamis (28/10/10) pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.
“Dulu sumpah pemuda digerakan untuk melawan penjajah. Kini kami mengajak seluruh pemuda Indonesia untuk bangkit melawan ketidakadilan, melawan pemerintah yang korup, melawan diskriminasi gab kaya miskin, melawan wakil rakyat yang menghabiskan dana untuk pelesir ke luar negeri, melawan janji-janji yang hanya lip service,” ungkap Robert, juru bicara dari Gerakan Mahasiswa Jakarta.
Bendera Golkar dan Demokrat Dibakar
Beberapa elemen masyarakat yang menamakan dirinya Pemuda Cinta Tanah Air (Pecat) membakar bendera Partai Demokrat dan Golkar, saat melakukan aksinya di Taman Proklamator, Jakarta (28/10/2010).
Adi Bunardi, Presidium Pecat dalam orasinya mengatakan bahwa pembakaran bendera ini sebagai wujud dari ketidakberpihakan partai politik itu kepada rakyat. “Partai-partai ini harus dibubarkan,” teriaknya yang diikuti dengan pembakaran bendera partai Golkar dan Demokrat. Dalam waktu sekejap, bendera kedua parpol tersebut ludes.
Sri Bintang pamungkas, yang turut hadir dalam aksi tersebut mengatakan mestinya ada sembilan bendera. “Mestinya ada sembilan partai di parlemen yang merampok uang rakyat,” ujar Sri Bintang dalam orasinya.
Menurutnya, sembilan Parpol tersebut sudah tidak lagi berpihak pada rakyat, sehingga perlu dibubarkan. Parpol-parpol sekarang, menurut Sri Bintang, adalah buatan Orde baru. “Bagian dari Orba yang sama sekali memalukan Republik,” tegasnya.
Puluhan peserta aksi, sekitar jam 13.30 langsung menuju Bundaran HI dan Istana Negara. Sebelumnya, sempat terjadi kisruh saat kambing yang diberi nama “SeBeYe” hendak dipotong di Taman Proklamator. Namun, beberapa pihak keamanan langsung mengamankan “SeBeYe” tersebut.
PRD Serukan Anti-Kolonialisme
Saatnya bagi para pemuda-pemudi Indonesia untuk bangkit dan bersatu menghadapi penjajahan baru, yaitu sebuah bentuk penjajahan yang menggunakan jubah baru bernama neoliberalisme. Pernyataan ini disampaikan oleh Komite Pimpinan Pusat Partai Rakyat Demokratik (KPP-PRD) melalui siaran pers di Jakarta (28/10), bertepatan dengan peringatan 82 tahun Hari Sumpah Pemuda.
Pada 82 tahun silam, para pemuda-pemudi bersepakat untuk membebaskan dirinya dari percekcokan mengenai kesukuan dan keagamaan. Mereka menyudahi semua perbedaan dan menyatakan dirinya satu: “Satu Bangsa, Satu Tanah Air, Satu Bahasa”.
Menurut Ketua Umum PRD, gagasan-gagasan para pemuda saat sumpah pemuda telah menjadi dasar pembentukan “nation” Indonesia. “Para pemuda dan pemudi itu telah merumuskan soal gagasan mengenai Indonesia merdeka secepat-cepatnya,” kata Agus Jabo kepada Berdikari Online.
Akan tetapi, Agus Jabo menjelaskan, bahwa semangat sumpah pemuda sedang berhadapan dengan situasi bangsa yang makin terpuruk. “Indonesia sekarang ini sudah keluar dari track bangsa yang dicita-citakan oleh para pemuda 82 tahun silam,” tegasnya.
Tantangan Pemuda
“Para pemuda Indonesia, seperti juga massa rakyat yang lain, telah menjadi korban dari sistim neoliberalisme. Tidak ada lapangan pekerjaan, pendidikan mahal, dan krisis mentalitas,” tambah Gede Sandra, selaku Sekjen Partai Rakyat Demokratik (PRD). Ia pun menyoroti menguatnya sentimen kesukuan, keagamaan, dan kedaerahan sebagai sebuah tantangan baru pemuda-pemudi Indonesia sekarang.
Kejadian beberapa saat terakhir, seperti kasus tekanan terhadap jemaat HKBP dan penyerbuan Jemaah ahmadiyah, telah mengkonfirmasi adanya bahaya terhadap keutuhan sebagai satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa.
Dan, lanjut Gede, telah tercipta kesenjangan sosial dan ekonomi yang sangat lebar, baik di kalangan rakyat maupun antar daerah. “Pemerintah masih gagal memberantas kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja. Pola pembangunan juga belum berjalan merata dan adil,” ujarnya.
PRD adalah salah satu partai yang lahir saat perjuangan melawan kediktatoran rejim orde baru, yang sebagian besar pendiri dan anggotanya adalah kaum muda. (*/inc/kcm)
Recent Comments