07
Sep
09

Tokoh : Sylviana Murni, Walikota Pertama Bergelar Guru Besar

MEDIA INDONESIA, Jumat, 04 September 2009 10:00 WIB
Sylviana Murni,
Wali Kota Pertama Bergelar Guru Besar
Penulis : Syarief Oebaidillah
Wali Kota Pertama Bergelar Guru Besar

MI/ADAM DWI

“DARI Rumpin menangkap ikan, berangkat dari tepi dermaga. Bila pemimpin peduli pendidikan, jalan terbuka menuju surga.”

Pantun yang diucapkan Sylviana Murni tersebut menutup orasi ilmiah Wali Kota Jakarta Pusat tersebut di kampus Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, kemarin. Perempuan ini dikukuhkan sebagai guru besar dengan orasi ilmiah berjudul Manajemen Pendidikan Berbasis (E-Learning) dalam Menyiapkan Sumber Daya Manusia Andal menuju Terciptanya Clean and Good Governance.

Sylviana Murni dapat dikategorikan wali kota pertama di Indonesia yang meraih gelar guru besar. Pada komunitasnya di Betawi, ia termasuk orang kedua setelah Profesor Yasmin Shahab yang meraih gelar akademis tertinggi dan bergengsi di dunia kampus.

Dalam kesempatan itu, Sylviana dikukuhkan bersama dua guru besar lainnya, Rektor Uhamka Suyatno dan Abdul Majid Latief. Acara ini dihadiri Wagub DKI Jakarta Prijanto, Wali Kota Jakarta Selatan Syahrul Effendi, Menteri Agama Maftuh Basyuni, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, dan lainnya.

Dalam orasinya, mantan None Jakarta ini mengungkapkan clean and good governance atau tata laksana pemerintahan yang bersih dan baik memberikan pelayanan terbaiknya kepada masyarakat yang tidak dibatasi ruang dan waktu, kapan saja dan di mana saja. “Menata kembali sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan penyelenggaraan negara, memperbaiki sistem pengawasan dan mempercepat penerapan e-government pada setiap instansi pelayanan publik merupakan prasyarat percepatan terwujudnya clean and good governance,” papar Sylviana yang mengenakan baju kebesaran guru besar warna hitam.

Menurut wali kota yang juga dosen di beberapa kampus ini, lurah sebagai ujung tombak pemerintah daerah harus mampu menjadi urban manager yaitu lurah yang hafal teritorialnya, dekat dengan warganya, tokoh dan ketua RW atau RT. Selain itu, lurah harus mengetahui berbagai macam komunitas dan permasalahan wilayahnya. “Lurah mesti mampu menyusun prioritas penyelesaian masalahnya dan mampu mengajak serta melibatkan seluruh komponen masyarakat. Ia mesti mampu memimpin dan menggerakkan perangkat kelurahan yang disediakan secara efektif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat sehingga lurah transparan dan akuntabel dalam pelaksanaan anggaran.”

Bagi ibu dua anak dan satu cucu ini, pendidikan mempunyai makna sepanjang hayat karena dengan SDM (sumber daya manusia) yang andal inilah Indonesia mampu membangun. “Kita harus mengkritik secara tajam metode pelajaran itu, jangan jadi beban. Harapan saya pendidikan dengan enjoyful learning, dapat menerima dengan memori yang baik, dan dapat mengimplementasikan nya. Kenapa saya terobsesi dengan e-learning karena saya sangat berupaya agar apa pun berorientasi pada teknologi dan informasi dan komunikasi. Itu juga yang mempercepat saya meraih gelar doktor di Universitas Jayabaya,” ungkapnya.

Sebagai wali kota yang kini bergelar guru besar, ia juga berpesan kepada sesama rekannya para wali kota bahwa di tengah kesibukan tugas mengurus kota dan warganya agar jangan lupa menuntut ilmu. Sylviana mencontohkan detik-detik menjelang pengukuhannya, ia masih bisa menyempatkan diri melihat kebakaran yang terjadi di wilayahnya yakni di Sawah Besar Jakarta Pusat.

Teknologi internet, laptop, telepon genggam plus Blackberry digunakannya setiap saat untuk bekerja dan berkoordinasi dengan delapan camat dan 44 lurah yang dipimpinnya. “Saya ingin menjadi pemimpin yang tetap bisa beraktivitas tanpa dibatasi ruang dan waktu,” tandasnya menjawab Media Indonesia seusai acara pengukuhan.

Menyinggung dunia pendidikan dalam orasinya, Sylviana menyayangkan dunia pendidikan yang saat ini telah terjebak menjadi lahan komersial dan bisnis. “Bagaimana jadinya apabila pendidikan terlalu komersial dan lebih mementingkan bisnis daripada mencerdaskan manusia yang akan menjadi penerus pembangunan bangsa ini di masa yang akan datang,” ujarnya di hadapan sidang senat guru besar dan ratusan hadirin di aula Uhamka tersebut.

Dukungan keluarga
Lalu apa makna ungkapan pantun di atas? Sylviana menyatakan keharmonisan rumah tangga merupakan modal utama agar bisa berkiprah di luar rumah. “Tanpa izin suami, saya nyatakan itu haram hukumnya. Ini saya pegang dan Alhamdulillah saya punya suami yang sangat mendukung.”

Dalam forum senat terbuka itu, Sylviana secara tulus menyampaikan apresiasinya pada suaminya itu. Menurutnya sang suami sangat memotivasi kiprahnya berkarier sebagai pegawai negeri sipil karier maupun sebagai dosen luar biasa di berbagai perguruan tinggi negeri atau swasta. Sang suami selalu mengingatkannya agar mengutamakan pengabdian sebagai PNS. “Papa (suami) selalu mendukung kiprah saya tanpa ada yang merasa dinomorduakan, termasuk menjaga keharmonisan rumah tangga.” (I-1)


0 Responses to “Tokoh : Sylviana Murni, Walikota Pertama Bergelar Guru Besar”



  1. Leave a Comment

Leave a comment


Blog Stats

  • 4,407,696 hits

Archives

Recent Comments

Ratu Adil - 666 on Kenegarawanan : Harta Amanah B…
Ratu Adil - 666 on Kepemimpinan : Satrio Piningit…
Ratu Adil - 666 on Kepemimpinan : Satrio Piningit…
Ratu Adil - 666 on Kenegarawanan : Harta Amanah B…
Ratu Adil - 666 on Kenegarawanan : Harta Amanah B…